- Advertisement -
Online Game

Sembari menenteng senjata tajam, sekelompok remaja menggeber sepeda motornya di jalan baru menunju Bandara Syamsudin Noor, Kecamatan Landasanulin, Kota Banjarbaru. Aksi pada Minggu dini hari 14 September 2025 itu tentu membuat warga yang berada di sekitarnya takut.

Di bagian paling depan terlihat satu sepeda motor yang ditumpangi dua pemuda memimpin konvoi sembari memegangi bendera berukuran besar.

- Advertisement -
Online Game

Rekamannya pun beredar luas di media sosial, seperti halnya yang terjadi di Jawa. Banyak orang menyebut mereka gengster dan ini bukan kali pertama di Kalimantan Selatan.

Di Jalan Mantuil Kota Banjarmasin, aksi kelompok remaja seperti ini memakan korban, Jumat dini hari 29 Agustus 2025. Jaya (16) menjadi korban penyerangan brutal saat melintas di jalan tersebut. “Saya diserang, saya korban, bukan gengster,” ujar Jaya saat ditemui BPost di IGD Rumah Sakit dr R Soeharsono. Jaya menderita luka sabetan celurit di di betis kiri.

BPost menelusuri fenomena ini. Didapat sebuah nama yang diduga bagian dari satu kelompok gengster.

Di sebuah gang sempit padat penduduk di Kecamatan Banjarmasin Utara, tinggal Boy (bukan nama sebenarnya). Remaja berusia 16 tahun tersebut, saat ditemui pada Kamis (14/11/2025), mengaku sudah dua tahun menjadi bagian dari kelompok yang di kalangan mereka disebut “Tim”.

“Saya bergabung dari 2023, waktu itu diajak teman. Lagi ada masalah pribadi dan bingung mau melampiaskan ke mana,” ucapnya. Tim menjadi tempat pelarian Boy.

Setelah bekerja, Boy punya kesibukan. Kendati demikian hubungannya dengan kelompok masih berjalan. Di bodi belakang sepeda motornya yang diparkir di jalan gang terpampang stiker kecil bertuliskan nama kelompoknya.

Boy mengungkapkan anggota geng di Banjarmasin datang dari beragam latar, sebagian anak sekolah, sebagian lagi justru sudah berkeluarga. Mereka punya nama, logo, bahkan sistem kepemimpinan sendiri. “Kami menyebutnya admin. Dia itu semacam ketua,” ujarnya.

Tak ada aturan tertulis, tapi ada hierarki. Admin yang menentukan arah, lokasi kumpul, hingga memutuskan kapan harus bergerak.

Aktivitas mereka kebanyakan dilakukan malam, tanpa tempat tetap. Kadang di kawasan padat, kadang di lapangan atau jalan pinggiran. “Tiap malam kami kumpul, tidak tentu di mana. Kadang minum-minuman, kadang tawuran juga,” katanya.

Boy menyebut setiap kelompok punya wilayah kekuasaan. Berkegiatan di luar batas, bisa muncul gesekan.

Tawuran biasanya terjadi karena pesan singkat di media sosial seperti Direct Message (DM) di Instagram yang memancing ego, lalu berlanjut ke ajakan bertemu di titik tertentu. “Kalau ditanya berapa kali tawuran, tidak terhitung,” ujarnya.

Meski tak semua geng aktif di media sosial, hampir semuanya punya akun Instagram. Sebagian memajang foto bersama puluhan anggota sambil membentangkan bendera bertuliskan nama kelompok.

Sebagian akun bahkan tak di-private, memperlihatkan isi unggahan mereka berupa video tawuran, konvoi motor, hingga kata-kata yang mencerminkan kebutuhan akan pengakuan diri. “Kami punya akun, tapi cuma buat komunikasi. Kadang upload biar tidak dikira akun mati, bukan buat viral,” kata Boy.

- Advertisement -
Online Game

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini